Asam
sitrat merupakan asam organik lemah yang
ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami serta
banyak digunakan sebagai penambah rasa asam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam
biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam
siklus asam sitrat, yang penting dalam
metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan
sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Asam sitrat terdapat pada berbagai
jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai
8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Pada
awalnya asam sitrat diperoleh dengan mengekstraksi buah jeruk. Namun, sekarang
asam sitrat banyak diperoleh dari hasil fermentasi oleh beberapa mikroba. Salah
satu jenis kapang, yaitu Aspergillus niger dapat digunakan untuk fermentasi
asam sitrat. Reaksi keseluruhan pembentukan asam sitrat dari karbohidrat adalah
sebagai berikut :
C12H22O11 + H2O + O2 → 2C6H8O7 + 4H2O
Sucrose
C6H12O6 + O2
→ C6H8O7
+ 2 H2O
Dextrose
Fermentasi
dengan Aspergillus niger memberikan hasil yang cukup tinggi
karena mikroba ini dapat memanfaatkan berbagai sumber C untuk memproduksi asam
sitrat. Salah satu sumber C yang dapat dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi
asam sitrat adalah onggok hasil samping dari pembuatan tapioka. Banyaknya
onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan tapioka berkisar 5-10% dari bobot bahan
bakunya dengan kadar air 20%. Limbah tersebut termasuk limbah organik yang
masih banyak mengandung karbohidrat, protein dan gula. Selain itu juga masih
banyak mengandung senyawa-senyawa gula seperti sukrosa, glukosa, fruktosa,
dekstran, galaktosa dan asam nitrat.
Tabel
1. Kandungan onggok singkong
Grafik
1. Total asam sitrat yang dihasilkan
Data
yang sangat berfluktuatif ini menunjukan adanya kekeliruan dalam pengamatan
atau pengambilan data. Seharusnya dengan bertambahnya hari, jumlah asam sitrat
yang terbentuk semakin banyak. Dari grafik dapat dilihat nilai total asam dari
inkubasi dengan shaker pada hari pertama jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hari
kedua dan ketiga kemudian naik kembali pada hari ke empat dan hari kelima turun
kembali. Sedangkan untuk yang tanpa shaker nilai total asam hari pertama sangat
tinggi kemudian turun pada hari kedua. Untuk ketiga dan keempat hampir sama
yang kemudian pada hari kelima nilai total asamnya turun. Adanya fluktuasi ini
tidak membentuk suatu kecendrungan pola data sehingga sangat sulit untuk
mengetahui waktu optimum dari pembentukan asam sitrat.
Data
yang tidak sesuai ini dapat dikarenakan oleh kesalahan dalam pengujian sampel.
Jumlah sampel yang diuji berbeda-beda setiap kelompok. Jumlah yang terlalu
sedikit membuat pengukuran menjadi tidak akurat. Nilai ml NaOH yang diperoleh
juga sebagian besar hasil prakiraan karena sampel langsung berubah warna
menjadi pink hanya dengan beberapa tetes NaOH, setiap tetes diperkirakan
sebesar 0,1 ml padahal belum tentu nilai tersebut akurat. Dan kurangnya
ketelitian dalam pembacaan buret dapat saja menyebabkan kesalahan nilai ml NaOH
yang digunakan. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan data bersifat tidak
akurat dan tidak teliti.
Perbedaan
hasil antara perlakuan shaker dengan non shaker tidak tampak nyata karena
substrat yang bersifat padat sehingga pengadukan tidak dapat terjadi. Pada
beberapa hari pengamatan diperoleh bahwa nilai total asam non shaker lebih
tinggi dibandingkan dengan yang dishaker. Ini menunjukan bahwa pengadukan
dengan shaker tidak menambah efektifitas fermentasi pada substrat padat karena
tidak memberikan efek yang signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar